Antraks merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini akan membentuk pertahanan diri berupa spora jika keluar dari tubuh inangnya. Spora bakteri antraks sangat tahan dengan cekaman lingkungan, bahkan dapat bertahan puluhan tahun di lingkungan. Faktor inilah yang menyebabkan wabah antraks sukar dieliminasi. Yang lebih mencemaskan lagi, bakteri ini tidak hanya dapat menginfeksi hewan mamalia seperti sapi, kambing, atau domba tetapi dapat juga menyerang manusia (penyakit zoonosis). Beberapa daerah endemis antraks di Indonesia meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, NTT, Sumatra Barat, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Sulawesi Tenggara, dan DKI Jakarta. Seperti dikutip di halaman liputan6.com (https://www.liputan6.com/health/read/2834119/rekam-jejak-kasus-antraks-di-indonesia).
Bakteri Bacillus anthracis
Sumber: cdc.gov
Awal tahun ini Kabupaten Gunung Kidul, DIY dihebohkan dengan kasus sapi mati mendadak yang diduga disebabkan oleh antraks. Sedikitnya terdapat 9 ternak sakit, 11 warga sakit, dan 1 warga meninggal. Pemeriksaan hasil laboratorium terhadap sampel tanah lokasi hewan yang mati mendadak dinyatakan positif antraks oleh Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates Yogyakarta tetapi hasil laboratorium terhadap bekas luka pada manusia dinyatakan negatif antraks. Bagoer Poermadjaja, Kepala BBVet Wates Yogyakarta mengatakan jika kemungkinan luka manusia itu memang negatif antraks atau bisa jadi lukanya sudah diobati sehingga bakteri antraks sudah tidak terdeteksi di luka tersebut, sehingga penyebab warga yang meninggal belum dapat dipastikan karena antraks. Kejadian hewan mati mendadak sebenarnya sudah dimulai pada pertengahan Desember, tepatnya tanggal 16 Desember 2019 ditemukan kambing mati mendadak disusul 18 Desember 2019 ditemukan sapi mati mendadak dan berlanjut hingga 28 Desember 2019 dengan total hewan mati 3 sapi dan 6 kambing. Parahnya, sebagian daging hewan yang mati mendadak masih dikonsumsi warga. Hal ini akan meningkatkan resiko penularan antraks ke manusia.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul telah mengambil sampel setelah ditemukan hewan mati mendadak pada Bulan Desember untuk diserahkan ke BBVet. Langkah pencegahan juga mulai dijalankan pada saat itu juga dengan memberikan disinfektan pada lokasi hewan yang mati dan memberikan antibiotik pada setiap hewan yang hidup. Selain itu pihak Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Gunungkidul juga sudah menyiapkan surat edaran bupati yang berisi larangan mengkonsumsi dan menjual ternak yang mati mendadak. Kepala Desa Gombang membenarkan jika terdapat salah satu warganya yang memakan sapi yang mati mendadak. Sapi tersebut merupakan sapi milik Sukiat, warga yang diduga meninggal karena antraks.
Warga yang diduga menderita antraks dirawat di RSUD Wonosari Guningkidul. Dugaan antraks diberikan karena pasien berasal dari daerah ditemukannya ternak mati mendadak dan gejala-gejalanya mengarah ke antraks. Semua pasien dugaan antraks berasal dari tempat yang sama yaitu Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, dan Kecamatan Semanu. Dinas Kesehatan Gunung Kidul kemudian melakukan tindakan antaralain menyusur lokasi dan memeriksa sejumlah orang yang melakukan kontak langsung dengan ternak termasuk menyentuh, menyembelih, atau mengonsumsi. Dinas Kesehatan Gunungkidul juga mengambil sampel darah dari 41 orang untuk konfirmasi keberadaan bakteri antraks. Sampel luka dikirim ke BBVet Wates sementara sampel darah dikirim ke BBVet Bogor. Dinkes Gunungkidul juga memberikan antibiotik kepada seluruh wara Desa Gombang, Desa tempat ditemukannya sapi mati mendadak. Update terbaru menjelaskan bahwa sebanyak 27 orang dinyatakan positif antraks berdasarkan hasil laboratorium seperti dilansir di laman kompas.com (https://video.kompas.com/view/1178309/antraks-penyakit-menular-mematikan?clickout=articleplayer).
Kasus antraksbukan pertama kali terjadi di Gunungkidul. Kejadian sebelumnya terjadi pada Bulan April 2019. Faktor yang mempengaruhi berulangnya kasus antraks di Gunungkidul antaralain karena pertama, panjangnya umur spora dan lingkungan di Indonesia yang mendukung daya tahan spora. Kedua, pengetahuan peternak yang rendah terhadap penatalaksaan dugaan kasus antraks di wilayahnya. Ketiga, cakupan vaksinasi dan kurang optimalnya pelayanan kesehatan hewan untuk melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit hewan. Masalah lain adalah kurangnya pengawasan lalu lintas hewan ternak yang keluar masuk Gunungkidul.
Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul menghimbau warganya untuk memasak air lebih lama yaitu 20 menit setelah air mendidih. Dirinya juga meminta seluruh sumber air di Desa Gombang diberi kaporit. Selain itu, warga juga diminta agar tidak menyebelih an mengonsumsi hewan yang sakit. Beliau juga mengingatkan untuk memilih daging yang baik untuk dikonsumsi dan pastikan memasaknya hingga matang seperti dilansir di laman kompas.com (https://yogyakarta.kompas.com/read/2020/01/13/21534651/antraks-di-gunungkidul-dinkes-minta-warga-rebus-air-lebih-lama?page=all)
Antraks dapat menular ke manusia melalui kontak langsung dengan hewan yang sakit, menghirup spora antraks yang ada di lingkungan, atau memakan daging hewan yang sakit. Ciri-ciri orang terjangkit antraks dapat dibagi menjadi tiga yaitu ciri jika penularan terjadi melalui sentuhan, konsumsi, dan pernafasan. Gejala antraks jika tertular melalui sentuhan antaralain muncul bekas seperti gigitan serangga, luka kemudian melepuh dan menjadi lubang dengan pusat berwarna hitam, dan gejala berkembang selama 1-5 hari. Gejala antraks jika tertular melalui konsumsi ditandai dengan mual, demam, kurang nafsu makan, pembengkakan di leher, diare berdarah dan sakit perut yang parah. Gejala antraks jika tertular melalui pernafasan ditandai dengan sesak nafas dan nyeri dada yang parah. Segera bawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan lebih lanjut.
Luka yang disebabkan bakteri Antraks
Sumber: researchgate.net
Gejala antraks pada hewan antaralain suhu badan tinggi, nafas yang tersengal-sengal, hewan tampak gelisah, mengalami kematian mendadak, dan keluar darah hitam dari semua lubang tubuh hewan. Hewan dapat tertular antraks jika memakan atau menghirup spora antraks yang terdapat di lingkungan. Jika warga menemukan hewan dengan gejala tersebut, dihimbau segera melapor secepatnya kepada dinas terkait.
Sapi yang mati mendadak karena antraks, keluar darah hitam dari lubang tubuh hewan
Sumber: vff.org.au
(tirto.id 14 Januari 2020, Mengapa Kasus Antraks i Gunungkidul kembali terjadi)
Leave A Comment