Negara beriklim tropis, seperti Indonesia merupakan tempat yang ideal untuk perkembangan bibit penyakit, baik itu virus, bakteri, parasit, maupun jamur. Salah satu penyakit yang sering menyerang ayam dan dan menimbulkan kerugian yang tinggi yaitu koksidiosis. Penyakit koksidiosis atau berak berdarah disebabkan oleh protozoa Eimeria sp. Terdapat lebih dari 7 spesies Eimeria sp, yang dapat menyebabkan penyakit pada ayam, yaitu Eimeria praecox, E. mitis, E. acervuline, E. brunetti, E. necatrix, E. tenella dan E. maxima.

Siklus Eimeria sp memiliki 2 tahap perkembangan, yaitu tahap eksogenous (di luar tubuh) dan endogenous (di dalam tubuh). Tahap eksogenus terjadi saat ayam terinfeksi mengeluarkan ookista ke lingkungan bersama feses dan bersporulasi menjadi infektif dalam waktu 15-30 jam. Selanjutnya, tahap endogenous yaitu saat ookista tersporulasi tertelan oleh ayam. Ookista kemudian pecah menjadi sporokista akan menghasilkan sporozoit infektif yang akan menembus usus dan berkembang menjadi schizont. Schizont yang matang akan pecah dan melepaskan merozoit ke dalam lumen usus yang akan terus membelah diri (aseksual) dan menembus sel usus secara terus menerus. Kerusakan usus akibat aktivitas merozoit inilah yang biasanya menyebabkan perdarahan. Setelah merozoit sudah cukup banyak membelah, akan dihasilkan gamet jantan dan betina. Kedua gamet ini akan bereproduksi (seksual) sehingga menghasilkan zigot yang selanjutnya akan dikeluarkan bersama feses ke lingkungan sebagai ookista setelah dibungkus dengan lapisan pelindung.

Siklus hidup Eimeria sp.

 

Gejala dari ayam terinfeksi akan bervariasi, antara lain lesu, nafsu makan menurun sehingga feed intake menurun dan feed convertion rate meningkat, berat badan tidak tercapai, penurunan produksi telur, anemia, berak darah, bahkan kematian (lebih dari 50%). Infeksi Eimeria sp juga dapat menyebabkan imunosupresi karena penyerapan nutrisi terganggu akibat kerusakan usus. Selain itu, organ kekebalan seperti payers patches dan caeca tonsil juga akan rusak, serta immunoglobulin A (Ig A) pada permukaan usus pun akan menurun.

Penangan dari kasus koksidiosis dapat dilakukan dengan pemberian koksidiostat, vaksinasi, memperbaiki manajemen kandang, dan pengobatan. Koksidiostat dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan dan perkembangan Eimeria sp. Selain itu, dapat juga dilakukan vaksinasi terhadap koksidiosis. Selanjutnya, hal terpenting yang perlu diperhatikan yaitu manajemen kandang yang baik. Suhu kandang yang tinggi akan menyebabkan stres pada ayam sehingga mudah untuk terserang penyakit, sedangkan suhu yang rendah akan menyebabkan peningkatan kelembaban yang berakibat ookista di lingkungan dapat bertahan lama. Selain suhu, kepadatan juga perlu diperhatikan karena kandang yang terlalu padat dapat menyebabkan stres dan akan mempercepat penularan infeksi antara ayam. Kemudian, Alas kandang juga harus diperhatikan karena litter merupakan sumber utama penyebar penyakit. Ookista yang keluar bersama feses seringkali menumpuk di litter sehingga litter harus dibersihkan. Manajemen persiapan kandang sebelum ayam masuk juga penting untuk mengatasi koksidiosis. Pembersihkan kandang dengan disinfektan serta pemberian kapur sebelum ayam masuk kandang dapat memberantas Eimeria sp. Kemudian, masa istirahat kandang selama minimal 14 hari juga dianjurkan karena dapat memutus siklus hidup Eimeria sp.

COCCIVET®, TOLTRAPLUS®, AMPROL PLUS®

 

Ayam yang sudah terinfeksi oleh Eimeria sp. dapat diberikan terapi menggunakan antikoksidia. Pemberian antikokdisia sebaiknya tidak dilakukan terus menerus dan harus bergantian untuk mencegah terjadinya resistensi. Golongan antikoksidia yang dapat digunakan untuk mengatasi koksidiosis yaitu golongan sulfonamide, thiamine antagonistdan toltrazurilPrinsip obat golongan sulfonamide yaitu bekerja dengan cara memutus siklus hidup Eimeria sp pada fase aseksual. COCCIVET® merupakan produk obat dari PT MITRAVET yang memiliki kandungan sulfaquinoxaline dari golongan sulfonamide sebanyak 50 g. COCCIVET® dapat mengobati koksidiosis dengan cara penggunaan dilarutkan sebanyak 2 g/liter air minum dan diberikan selama 3 hari bertuturut-turut, dihentikan selama 2 hari, kemudian diberikan kembali selama 3 hari. COCCIVET® sudah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nomor registrasi KEMENTAN RI No. D. 15092956 PTS.1.

Obat golongan kedua yaitu thiamine antagonistPrinsip kerja obat ini sama dengan sulfonamideyaitu mengganggu siklus hidup Eimeria sp pada fase aseksual. AMPROL PLUS® merupakan produk obat dari PT MITRAVET yang memiliki kandungan amprolium HCl dari golongan thiamin antagonist sebanyak 120 g dan sulfaquinoxaline 100 g. AMPROL PLUS® dapat mengobati koksidiosis dengan cara penggunaan dilarutkan sebanyak 1 g/liter air minum dan diberikan selama 5-7 hari berturut-turut. AMPROL PLUS® sudah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nomor registrasi KEMENTAN RI No. D. 19055929 PKS.

Obat golongan ketiga yaitu toltrazuril yang bekerja dengan mengganggu siklus hidup Eimeria sp pada fase seksual dan aseksual. TOLTRAPLUS® merupakan produk obat dari PT MITRAVET yang memiliki kandungan toltrazuril sebanyak 50 g. TOLTRAPLUS® dapat mengobati koksidiosis dengan cara penggunaan dicampurkan 1 ml/2 liter air minum dan diberikan selama 48 jam secara terus menerus. TOLTRAPLUS® sudah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nomor registrasi KEMENTAN RI No. D. 18015406 PKC. Informasi lebih lanjut kunjungi website kami di www.mitravet.com.

 

(Segara Atasi Koksidiosis yang Merugikan, Poultry Indonesia, Juli 2020)