Indonesia harus menghadapi antraks saat masih melawan COVID-19. Kasus antraks pada manusia ditemukan di Kabupaten Gorontalo. Sebanyak 11 orang mengalami luka melepuh di kulitnya yang disebabkan kontak dengan hewan yang mati mendadak karena antraks. Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo mendapat laporan dugaan antraks pada 30 Mei 2020. Menurut keterangan warga, pada tanggal 28 Mei 2020 terdapat 8 sapi yang disembelih, 1 diantaranya mati mendadak, pemiliknya langsung menyembelih sapi tersebut kemudian membagikannya ke warga sekitar. Sapi tersebut berasal dari Desa Daenaa, sebanyak 5 ekor dan dari Dusun Marisan dan 3 ekor dari Dusun Ponelo.
Orang yang mengalami gejala antraks awalnya sebanyak 6 orang kemudian bertambah menjadi 11 orang. Tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo menelusuri siapa saja yang mengkonsumsi daging sapi yang mati mendadak. Dari temuan tim investigator, ditemukan 24 orang yang mengkonsumsi daging tak layak tersebut dan 11 orang terindikasi mengalami antraks. Orang yang mengalami gejala antraks langsung diobati dengan antibiotik. Gejala antraks yang dialami 11 orang ini merupakan gejala antraks kulit yang relatif lebih ringan dibandingkan gejala antraks gastroitestinal dan antraks inhalasi. Menurut Pakar Mikrobiologi Fakultas Kedokteran UGM, dr. Abu Tholon M.Sc, Ph.D 99% kasus antraks pada manusia merupakan kasus antraks kulit hanya 1% kasus antraks inhalasi atau gastrointestinal yang dapat berakibat fatal. Menurut beliau, kasus antraks kulit bisa sembuh dengan pemberian antibiotik.
Gejala antraks kulit
Sumber: okezone.com
Kasus antraks di Yogyakarta kemarin seharusnya dapat menjadi pelajaran agar masyarakat Indonesia agar tidak memotong atau bahkan mengkomsumsi daging hewan yang mati mendadak. Masyarakat dihimbau tidak perlu khawatir untuk mengkonsumsi daging. Daging berkualitas baik cirinya adalah berwarna merah segar dan tidak berbau anyir. Daging aman dikonsumsi selama hewan tidak menunjukan gejala antraks seperti demam tinggi, mati mendadak, dan keluarnya darah dari lubang tubuh, ujar Ketua Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Beliau menambahkan perlunya peran aktif masyarakat untuk melaporkan hewan yang mengalami gejala tersebut ke dinas terkait. Masyarakat juga harus mengerti jika ada hewan mati mendadak tidak boleh disembelih tetapi langsung dikubur. Daerah di sekitar ternak yang mati juga harus didisinfeksi untuk mencegah penularan ke manusia dan ternak lain. Ternak yang ada di sekitar situ harus diobati dan juga divaksinasi.
(Alami luka melepuh 11 warga di Gorontalo terkena Antraks, Masyarakat tidak perlu khawatir antraks, news.detik.com; Masyarakat tidak perlu khawatir antraks, ugm.ac.id)
Leave A Comment