Salah satu penyakit pencernaan pada unggas yang sering terjadi adalah helminthiasis atau kecacingan. Dampaknya tidak secara langsung, tetapi perlahan-lahan yang menyebabkan turunnya produktivitas unggas.  Helminthiasis pada unggas dapat disebabkan oleh berbagai jenis cacing, diantaranya adalah cacing pada pencernaan jenis Cestoda (cacing pita)  dan Nematoda (cacing gilig). Infestasi cacing yang sering terjadi adalah cestoda seperti Raillietina sp. dan Davainea sp. dan nematoda seperti Ascaridia galli dan Capilaria sp.

 

Transmisi dan Siklus Hidup
Telur Ascaridia galli akan bertahan pada feses selama 10-12 hari sampai menjadi infektif. Saat ayam makan pakan yang terkontaminasi feses, telur infektif akan dicerna dan menetas dalam proventrikulus/tembolok dan larva hidup bebas di lumen usus duodenum selama 9 hari. Larva akan menembus mukosa usus dan menyebabkan perdarahan, kemudian kembali lagi ke lumen 17-18 hari dan mencapai kematangan pada 28-30 hari.

Cestoda seperti Raillietina sp. dan Davainea sp. memerlukan inang antara, seperti serangga, cacing tanah atau siput. Inang antara tersebut akan termakan oleh unggas dan menyebabkan helminthiasis pada unggas.

 

Gejala klinis
Pada awal kecacingan, gelaja klinis tidak akan terlihat jelas. Pada infeksi yang berat atau kronis, unggas akan mengalami penurunan berat badan, kurus, lemas, tidak aktif, nafsu makan menurun, terjadi mencret berlendir, selaput lendir pucat, anemia, dan penurunan produksi telur.

 

Diagnosis
Diagnosis dapat dilakukan dengan mengambil sampel ayam dengan gejala klinis yang mendekati helminthiasis dan bedah bangkai untuk pemeriksaan postmortem, pada saluran perncernaannya terdapat cacing yang dapat dilihat secara langsung, atau dapat pula dengan pemeriksaan natif terhadap telur cacing di dalam feses.

                Raillietina sp. in intestine

                    Ascaridia galli in intestine

Source: Shane 2005

 

 

Pengobatan
Pengobatan helminthiasis menjadi salah satu program yang dilakukan pada setiap peternakan. Oleh karena itu, pemilihan obat cacing dilakukan berdasarkan efektivitasnya. PT. Mitravet menyediakan produk obat cacing yang dapat digunakan dengan mudah bagi para peternak unggas, yaitu:

LEVAMIT-125 mengandung 25 gram levamisol dalam setiap 1 liternya. Memiliki cara kerja menstimulasi saraf simpatik dan parasimpatik cacing dan mengubah metabolisme karbohidrat nematoda, LEVAMIT-125 mampu membasmi cacing pada saluran pencernaan unggas, sapi, kambing, domba dan babi. Cara pakainya untuk unggas adalah 0,2 ml/kg BB dan untuk hewan besar 1 ml/30 kgBB.

LEVAMIT-125

NICLOMIX-L merupakan obat cacing yang digunakan dengan mencampurkannya pada pakan. NICLOMIX-L mengandung Niclosamid dan Levamisol. Niclosamid bertindak dengan mempengaruhi absopsi glukosa dan fosforilasi oksidatif yang menyebabkan parasit tercerna dalam usus. Kedua zat aktif ini dapat bekerja sinergis untuk membunuh cacing. Cara pakainya dengan mencampurkan pada pakan dengan dosis 0,2 g/kgBB dan diberikan dalam 2-4 jam. Pengulangan dilakukan setiap 1-2 bulan.

NICLOMIX-L

 

Pencegahan
Pemisahan unggas berdasarkan umur yang seragam, lingkungan harus bersih dan memiliki saluran air yang baik, tempat pakan dan minum harus sering dibersihkan, ventilasi cukup dan pergantian litter dilakukan secara teratur tidak sampai menumpuk agar tidak lembab, saat pemasukan ayam baru dilakuka disinfeksi kandang dan peralatan terlebih dahulu.

 

Daftar Pustaka
Enejoh OS, Suleiman MM. 2017. Anthelmintics and their Application in Veterinary Medicine. Res Med Eng Sci. 1-10.

Kementerian Pertanian RI.2004. Manual Penyakit Unggas Cetakan ke-2. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.

Macklin KS. 2018. Overview of helminthiasis in poultry. [Internet]. [Diunduh 2018 Juli 26]. https://www.msdvetmanual.com/poultry/helminthiasis/overview-of-helminthiasis-in-poultry

Plumb DC. 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook. Sixth Edition. Iowa: Blackwell Publishing.

Shane SM. 2005. ASA Handbook on Poultry Diseases 2nd Edition. American Soybean Association.