Sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan daging ayam dan meluasnya usaha kuliner berbahan daging ayam, usaha ayam pedaging atau broiler di dalam negeri terus meningkat. Peternak ayam broiler dituntut untuk menyediakan ayam broiler hidup yang ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal) sehingga manajemen yang dilakukan pun harus baik dan sesuai. Salah satu unsur manajemen perkandangan yang sering terlupakan adalah penyediaan tempat pakan dan minum sesuai dengan populasi dan kepadatan (density) ternak yang dipelihara.
Tempat pakan dan minum yang tidak sesuai dengan populasi ayam yang dipelihara akan mengakibatkan terjadinya saling berebut antara masing-masing ternak (kompetisi). Perebutan pakan ini akan berdampak pada keseragaman bobot badan ayam. Ayam yang mendapat pakan yang cukup akan lebih besar dibandingkan yang tidak. Berikut disajikan standar internasional untuk pemeliharaan broiler, baik komersial (budidaya), bibit remaja (breeder pullet) dan bibit produksi (breeder production) seperti pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1: Luas Kandang, Tempat Pakan dan Minum untuk Broiler
Sumber: Esminger, “Poultry Science”, 3rd Edition, Illinois, 1992.
Tempat pakan harus dijaga agar tidak mudah rusak, dipelihara kebersihannya dan jangan sampai kosong tidak berisi, karena hal ini akan memberi peluang ayam tidak kebagian pakan atau meningkatkan kompetisi antar ayam untuk memperoleh pakan. Pemberian pakan dengan menggunakan baki atau nampan (feeding tray) juga tidak disarakan karena lebih sulit menjaga kebersihannya dan pakan tidak efisien. Tempat pakan baby chick feeder lebih baik untuk digunakan karena ayam lebih tidak berebut pakan dan juga lebih higienis karena pakan tidak diinjak oleh ayam. Penggunaannya juga lebih tidak membutuhkan tenaga karena pekerja kandang tidak perlu mengayak pakan untuk memisahkan pakan yang bersih dan kotor. Pakan jadi lebih efisien digunakan karena tidak ada yang terbuang akibat kotor. Sedangkan untuk tempat minum, baik tipe talang memanjang, galon manual, galon otomatis, maupun nipple harus selalu berisi air, karena kekurangan air minum akan berdampak buruk pada pertumbuhan secara keseragaman bobot ayam.
Kekurangan jumlah tempat pakan dan minum, tempat pakan yang kurang sesuai, serta kepadatan ayam yang tinggi akan mempengaruhi keberhasilan panen. Konsumen lebih menyukai ayam yang montok, bobot badan seragam, dan higienis sehingga manajemen perkandangan seperti tempat pakan dan minum harus diperhatikan. Selain itu, perebutan pakan dan minum, serta kepadatan ayam yang tinggi juga sering kali menimbulkan kasus kanibalisme (saling patuk antara ayam), meningkatnya angka sakit (morbidity) dan tingkat kematian, yang akhirnya nanti akan menyebabkan kegagalan panen.
(Kebutuhan Tempat Pakan dan Minum Ideal pada Usaha Broiler, Infovet, 29 Desember 2017)
Leave A Comment