Akhir tahun 2020 ditutup dengan curah hujan yang terus meningkat terutama di wilayah Jawa dan Sumatra. Dari pantaun BMKG, untuk Januari dan Februari 2021, kondisi cuaca akan masih didominasi curah hujan menengah dan tinggi. Kondisi tersebut tentu saja akan menyebabkan kejadian penyakit yang lebih tinggi pada ayam. Kejadian penyakit akibat curah hujan tinggi pada ayam bukan hanya didominasi oleh penyakit viral saja, namun juga mikotoksikosis. Dari data yang dihimpun, prediksi penyakit di Januari dan Februari 2021 menunjukan bahwa mikotoksikosis menduduki peringkat ketiga setelah kejadian penyakit ND dan IBD.

Prediksi penyakit pada ternak unggas.

(www.infovet.com)

Ancaman terhadap bahaya mikotoksin masih menjadi momok menakutkan bagi peternak terutama pada kondisi curah hujan tinggi dan lembab yang menunjang pertumbuhan fungi yang memproduksi toksin tersebut. Fungi yang memproduksi mikotoksin tumbuh dengan subur di kondisi yang hangat dan lembab dengan kelembapan 9-25% dan suhu 4-42°C. Kemudian, mikotoksin sendiri merupakan metabolit sekunder dari fungi seperti Aspergillus sp, Penicillium sp, dan Fusarium sp. Pakan ayam sangat mungkin tercemar oleh lebih dari satu jenis mikotoksin karena satu jenis fungi dapat menghasilkan lebih dari satu jenis mikotoksin. Mikotoksin yang sering ditemukan di Indonesia antara lain zearalenone dari Fusarium graminearum, ochratoxin dari Aspergillus ochraeus dan aflatoxin dari Aspergillus flavus. Saat ini, diketahui ada empat jenis aflatoksin ang dapat dikatakan sangat berpengaruh besar pada industri peternakan, yaitu aflatoksin B1, B2, G1 dan G2. Saat ini toksin B1 merupakan yang paling kuat dan penyebab gangguan yang tinggi pada industri peternakan.

Toksin yang berasal dari jamur ini menyebabkan berbagai gejala klinis yang sangat bervariasi dan sulit untuk dikenali. Beberapa aflatoksin umumnya menyebabkan kematian, pertumbuhan terhambat, penurunan produksi telur, penurunan daya tetas dan menyebabkan imunosupresif. Diagnosis sangat sulit karena lesi yang khas biasanya tidak terlihat dan mendeteksi toksin tidak meyakinkan. Imunitas atau kekebalan adalah hal yang fundamental terkait pengendalian tantangan mikotoksin dan patogen lainnya. Pemberian multivitamin pada ternak sangat penting karena kondisi stres dan defisiensi multivitamin pada hewan akan meningkatkan resiko kejadian mikotoksikosis. Oleh karena itu, pemberian multivitamin sangat penting, terutama vitamin C dan E yang memiliki fungsi antiokisidan sehingga mampu menurunkan potensi mikotoksin. PT MITRAVET memiliki berbagai produk vitamin larut air yang mengandung vitamin C dan E untuk mencegah terjadinya mikotoksikosis. Produk-produk multivitamin ini adalah MITRAVIT-100®CARVITA-15®AMIVIT-E®, dan SELEVIT-SB FORTE®.

 AMIVIT-E®, CARVITA-15®MITRAVIT-100®,  dan SELEVIT-SB FORTE®

 

Selain pemberian multivitamin, pencegahan lainnya juga perlu dilakukan untuk mencegah mikotoksikosis. Kondisi lingkungan seperti temperatur dan kelembapan yang tinggi, infestasi serangga, proses produksi, panen dan penyimpanan yang kurang baik akan menyebabkan tingginya konsentrasi mikotoksin pada bahan baku pangan/pakan yang dapat menyebabkan timbulnya wabah penyakit. Oleh karena itu bahan baku pakan/pakan harus tersimpan dengan baik dengan kondisi lingkungan yang sesuai. Sebaiknya pakan disimpan pada ruangan khusus yang kering dan bebas dari hama, pakan juga disimpan dalam kantong yang memiliki aliran udara sehingga tidak lembab, kantong pakan juga sebaiknya tidak langsung menempel lantai, kemudian pekerja yang masuk ke ruang khusus pakan juga harus menggunakan pakaian khusus dan masker untuk mencegah kontaminasi. Selain langkah-langkah tersebut, pemberian mycotoxin binder dalam pakan hewan juga sangat direkomendasikan. Mycotoxin binder merupakan zat aktif yang dapat berikatan dengan mikotoksin sehingga akan menurunkan tingkat toksisitas dari mikotoksin tersebut.

MYCO-GUARD®

 

MYCO-GUARD® merupakan premix mycotoxin binder dari PT. MITRAVET. Produk ini memiliki kandungan hydrated sodium-calcium aluminosilicate (HSCAS) yang merupakan zat aktif yang mampu mengikat mikotonsin. Hydrated sodium-calcium aluminosilicate mampu kelasi setengah dari β-dicarbonyl di aflatoksin menggunakan ion metal yang tidak terkoordinasi. Selain itu, MYCO-GUARD® juga memiliki kandungan calcium propionate yang mampu menghambat pertumbuhan jamur penghasil mikotoksin pada pakan. Campurkan 1 kg MYCO-GUARD® dalam 1 ton pakan untuk pakan normal (balanced feed), atau campurkan 2,5 kg MYCO-GUARD® dalam 1 ton pakan untuk pakan dengan resiko tinggi, atau campurkan 5 kg MYCO-GUARD® dalam 1 ton pakan untuk kasus mikotoksikosis. MYCO-GUARD® sudah terdaftar di Kementrian Pertanian dengan nomor registrasi KEMENTAN RI No. D.18075584 FTS. Informasi lebih lanjut kunjungi website kami di www.mitravet.com.

 

(Strategi Terbaik Pengendalian Toksin pada Pakan Unggas, Infovet, Februari 2021)