Kasus penyakit coryza pada musim hujan seringkali meningkat. Mustaqim, pemilik peternakan ayam petelur di Karangayar, Solo mengakui bahwa ayam sangat rentan terserang penyakit di musim hujan menjelang pancaroba, salah satunya coryza. Fase dari penyakit ini biasanya seminggu sebelum “nyekrek” dan positif snot, gejala klinisnya ayam akan lemas dan nafsu makan turun. “Kalau sudah terkena snot biasanya agak sulit juga disembuhkan, apalagi dengan populasi ayam yang cukup banyak biasanya akan muter-muter terus di farm tersebut,” jelasnya.

Masa inkubasi coryza antara 1-3 hari dan outbreak berlangsung selama 4-12 minggu pada ayam petelur atau 6-14 hari pada ayam pedaging. Di lapangan, kasus coryza bisa terjadi tunggal maupun disertai dengan penyakit lain. Beberapa penyakit yang sering disertai antara lain CRD, colibacillosis, kolera, ND, IB, ILT, atau pox.

Peternak perlu mewaspadai peningkatan kasus coryza pada musim hujan atau pancaroba karena terjadi perubahan suhu yang drastis dan kelembapan akan meningkat. Kelembapan tinggi dan perubahan suhu saat memasuki musim hujan menyebabkan ayam mengalami stres sehingga imunitas menurun. Selain itu, kelembapan yang tinggi juga akan meningkatkan kadar amonia dalam kandang dan berakibat pada gangguan pernapasan ayam. Kadar ammonia yang tinggi akan mengiritasi sel-sel epitel selaput lendir alat pernapasan bagian atas dan menjadi faktor prediposisi terjadinya coryza. Ayam yang mengalami gangguan pernapasan akan mudah terinfeksi penyakit pernapasan, salah satunya coryza.

Coryza menyerang ayam melalui media pakan, air minum, dan udara yang terkontaminasi agen penyakit, atau kontak langsung dengan ayam yang lebih dahulu terserang coryza. Bakteri penyebabnya, yaitu Avibacterium paragallinarum akan masuk melalui mulut atau hidung, kemudian akan masuk dan memperbanyak diri di sinus hidung (sinus infraorbitalis) dengan masa inkubasi antara 1-3 hari yang selanjutnya diikuti dengan munculnya gejala klinis.

 Gejala-gejala klinis coryza

Sumber: troboslivestock.com

Gejala klinis yang muncul akibat penyakit coryza yakni adanya eksudat yang mula-mula berwarna kuning encer, kemudian lambat laun berubah menjadi kental seperti nanah. Adanya eksudat ini menyebabkan ayam bersin-bersin, sulit bernapas, dan ngorok. Gejala khas coryza yang terlihat adalah kebengkakan muka yang terjadi pada kedua sisi kiri dan kanan disertai dengan lendir kental berbau khas pada hidung. Selain itu, sinus infraorbitalis juga akan membengkak, keluar air mata, konjungtivtis, serta intake pakan dan minum menurun. Penurunan intake pakan dan minum akan menyebabkan pertumbuhan terhambat dan terjadi penurunan produksi telur.

MITRAFLOX-12®

Pengobatan yang dapat dilakukan untuk penyakit coryza adalah pemberian antibiotik. Antibiotik yang diberikan sebaiknya yang memiliki daya kerja menghambat sintesis protein atau yang merusak intisel bakteri. Antibiotik yang digunakan sebaiknya juga memiliki spektrum yang luas karena penyakit ini sering diikuti dengan penyakit lain. MITRAFLOX-12® merupakan salah satu produk dari PT. MITRAVET dengan kandungan enrofloxacine 12 g disetiap 1 liter MITRAFLOX-12®. Enrofloxacine dapat membunuh bakteri (bakterisidal) dengan cara menghambat DNA-gyrase bakteri. Selain efektif untuk penyakit coryza, MITRAFLOX-12® juga dapat digunakan untuk pengobatan CRD. Campurkan 1 ml MITRAFLOX-12® ke dalam 1-2 liter air minum berikan selama 3-5 hari untuk mengatasi coryza. MITRAFLOX-12® sudah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nomor registrasi KEMENTAN RI No. D. 13062608 PKC. 1. Informasi lebih lanjut kunjungi website kami di www.mitravet.com.

(Coryza di Kala Peralihan Cuaca, TROBOS Livestock, 1 Mei 2020)