Di era pelarangan Antibiotic Growth Promotor (AGP) istilah pakan terapi mulai merebak. Sebenarnya apa itu pakan terapi dan bagaimana penggunaannya. Penambahan antibiotik ke dalam pakan sebagai AGP sudah dilarang semenjak dikeluarkannya Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 14/2017 tentang Klasifikasi Obat Hewan. Tak lama kemudian istilah pakan terapi muncul. Pakan terapi bukan merupakan pembenaran penggunaan AGP. Tidak seperti AGP, dosis antibiotik pada pakan terapi merujuk pada dosis terapi sehingga resiko resistensi antibiotik dapat dicegah. Pemberian pakan terapi juga dibatasi tidak seperti AGP yang diberikan terus menerus mulai DOC hingga masa panen. Penggunaan pakan terapi juga harus berdasarkan resep dan pengawasan dokter hewan.

Pelarangan penggunaan AGP menyebabkan berbagai sektor perternakan khususnya unggas melakukan manuver-manuver untuk menjaga produksi tetap maksimal. Peternak dengan modal besar banyak yang mengganti kandang terbukanya dengan kandang semi tertutup atau tertutup untuk mengurangi resiko kejadian wabah penyakit. Mereka juga berupaya mencari alternatif AGP berupa asam organik,  probiotik, prebiotik, enzim, dan herbal. Peternak juga memperketat sistem biosekuriti agar peternakannya terhidar dari wabah penyakit.

Gerbang peternakan salah satu implementasi sistem biosekuriti

Sumber: thepoultrysite.com

 

Perusahaan pakan hewan atau feedmill juga harus menjaga kualitas produknya salah satunya melalukan penyortiran bahan baku yang berkualitas. Mereka juga harus selalu up to date dan menyediakan formulasi-formulasi baru yang lebih spesifik untuk menunjang performa ayam sesuai dengan masa tumbuh kembangnya. Tantangan untuk peternak ayam bibit atau breeder cukup mudah karena mereka telah menerapkan sistem biosekuriti yang lebih ketat dibandingkan dengan peternak ayam komersil. Yang terpenting, peternak breeder harus menghindari pemberian antibiotik di akhir masa produksi mengingat ayam afkir juga dikonsumsi oleh masyarakat. Dikhawatirkan ayam ini masih mengandung residu antibiotik saat dikonsumsi.

Kapan sebaiknya pakan terapi digunakan? Penggunaan pakan terapi harus memenuhi beberapa syarat berikut, yang pertama harus dibawah pengawasan dokter hewan, jenis antibiotik harus tepat, durasi pemakaiannya harus sesuai dengan perjalanan penyakit, withdrawl time dari obat, dan ditujukan untuk mengobati infeksi bakteri di saluran pencernaan. Indikasi klinis pemakaian pakan terapi antaralain:

  • kualitas DOC yang buruk (terindikasi ada infeksi bakteri)
  • kondisi feses yang basah, berlendir, warna kemerahan, atau adanya komponen pakan yang tidak tercerna
  • Hasil bedah bangkai (nekropsi) menunjukan adanya infeksi bakteri di saluran pencernaan (penebalan, warna kemerahan, dan gelembung gas di beberapa bagian usus)
  • Terjadi penurunan intake pakan dan atau kenaikan nilai FCR.

Beberapa hal yang harus diperhatikan saat memberikan pakan terapi antaralain:

  1. Pastikan antibiotk yang digunakan sudah sesuai dengan indikasi klinis dan diagnosa.
  2. Pastikan komunikasi antara pihak feedmill, peternakan, dan dokter hewan yang memberikan resep berjalan lancar.
  3. Penggunaan dan efek pakan terapi harus selalu dipantau
  4. Waktu henti obat dan kandungan residu terendah pada daging harus dikomunikasikan dengan bagian penjualan.
  5. Lakukan pencatatan yang rinci saat pemberian pakan terapi meliputi jenis kasus, jenis antibiotik yang digunakan, dan hasil penanganan kasus.

Hemoraghi (perdarahan) usus salah satu gejala infeksi saluran perncernaan

Sumber: Kusumaningrum, 2012

 

Hal yang harus diingat adalah pakan terapi tidaklah menjadi pengganti AGP. Pakan terapi adalah salah satu cara pemberian obat pada ternak. Walaupun diperbolehkan, pemberian pakan terapi tetap harus dibawah pengawasan dokter hewan agar pemberiannya tepat dan mencegah adanya residu antibiotik pada produk hewan. Hal yang harus kita tanamkan adalah kunci kesuksesan peternakan bukan antibiotik tetapi manajemen peternakan yang baik.

 

Sumber: Majalah Infovet Edisi November 2019 (hal. 20-23)