Tak terasa tahu 2019 sebentar lagi akan terlewati. Dunia perunggasan di tahun 2019 telah diterpa berbagai tantangan. Tantangan yang utama datang dari penyakit-penyakit hewan yang menyerang ternak kita. Tren penyakit hewan di tahun 2019 didominasi oleh serangan virus seperti Gumboro, AI, dan ND. Serangan bakteri yang banyak terjadi di tahun 2019 antalalain CRD, Kolibasilosis, dan Coryza. Selain serangan bakteri dan virus, kita juga dihadapkan dengan masalah mikotoksin karena cuaca yang tidak menentu. Data tren penyakit di tahun 2019 ini bisa kita jadikan landasan untuk “meramal” tren penyakit di tahun 2020.

Tren penyakit di tahun 2020 dapat dibagi berdasarkan agen penyakitnya. Penyakit viral masih akan didominasi oleh AI, ND, dan IBD. Bahkan kasus IBH juga akan terjadi walaupun sedikit. AI masih akan eksis terutama LPAI. Walaupun LPAI memiliki tingkat mortalitas rendah tetapi memiliki tingkat morbiditas dan penurunan produksi yang cukup tinggi. Penyakit ILT dan EDS kemungkinan besar akan menyerang peternakan layer dan breeder. Penyakit viral ini diprediksi akan mewabah di musim penghujan. BMKG mengatakan bahwa musim penghujan tahun mendatang akan bertahan lebih lama. Hal ini menyebabkan kurangnya cahaya matahari sehingga virus akan sangat mudah bereplikasi. Suhu di musim kemarau diprediksi akan tinggi seperti pada tahun sebelumnya sehingga dapat memutus penyebaran penyakit viral. Efek sampingnya, unggas akan mudah mengalami stress karena panas.

Penyakit bakterial yang diduga akan menjadi tren di tahun 2020 antaralain CRD, Kolibasilosis, dan Coryza. Kolibasilosis akan sangat mudah mewabah karena penularanya yang sangat mudah. CRD akan banyak terjadi di musim hujan karena suhu udara yang dingin dan sangat mungkin diikuti dengan infeksi sekunder oleh E. coli.

Penyakit yang harus diwaspadai yaitu AI khususnya LPAI, Peneliti dari BBLitvet mengingatkan bahwa AI merupakan jenis virus yang mudah sekali berubah. Perlu dilakukan penelitian terus-menerus untuk melihat strain virus di lapangan. Strain virus untuk vaksinasi AI harus sama dengan strain lapangan agar didapatkan kekebalan yang maksimal. Vaksin gabungan juga di rekomendasikan terutama strain H9N2 dan H5N1 karena sering terjadi infeksi campuran di lapang.

Kekawatiran tidak hanya muncul dari isu kesehatan unggas. Isu Anti Microbial Resistance (AMR) juga akan hangat kembali di tahun 2020. Kita tidak hanya harus menjaga unggas kita tetap sehat tetapi juga harus bijak dalam pemakaian antibiotik. Pemerintah pada tahun 2019 telah melakukan gebrakan untuk menurunkan isu AMR dengan pelarangan AGP kemudian disusul dengan pelarangan penggunaan antibiotik kolistin pada ternak di akhir tahun 2019. Gebrakan ini didasarkan pada temuan bakteri-bakteri terutama E. coli di broiler yang tingkat resistensinya sudah semakin tinggi. Latar belakang pelarangan penggunaan kolistin untuk unggas karena kolistin merupakan antibiotic pilhan terakhir untuk menyembuhkan infeksi E. coli di manusia. Diperlukan kerjasama antara peneliti, pelaku industri, masyarakat, dan pemerintah untuk memerangi resistensi antibiotik dan penggunaan antibiotik yang tidak bertanggung jawab.

(Majalah Poultry Indonesia Ed. Desember 2019 hal. 34-36)