Ayam yang sehat merupakan cita-cita semua peternak. Ayam yang sehat akan menghasilkan hasil produksi yang maksimal sehingga menghasilkan keuntungan yang berlimpah bagi peternak. Sayangnya, banyak penyakit unggas yang menyebabkan penurunan produksi bahkan kematian unggas yang berujung pada kerugian peternak. Ketakutan peternak mulai muncul pada musim pancaroba karena beberapa penyakit unggas terjadi pada musim ini. Salah satu penyakit yang sering muncul saat pancaroba adalah Leucozoonosis atau yang sering disebut dengan Malaria Like.

Cacatan sejarah mengatakan bahwa kasus pertama Leucocytozoonosis terjadi pada akhir abad ke-18 yang dilaporkan olej Dr. Theobold Smith pada tahun 1895. Kasus Leucocytozoonosis pada saat itu menyerang kalkun di wilayah Asia Timur. Penyakit Leucocytozoosis perlu diwaspadai karena memiliki nilai morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Tingkat mortalitas Leucocytozoonosis dapat mencapai 80% pada kasus yang akut.

 

Gametosit Leucocytozoon sabrazesi

(Sumber: Researchgate.net)

 

Chares Rangga Tabu dalam bukunya Penyakit Ayam dan Penanggulangannya mengatakan bahwa kasus Leucocytozoonosis di Indonesia terus mengalami peningkatan. Leucocytozoonosis disebabkan oleh Protozoa Leucocytozoon caulleryi dan Leucocytozoon sabrazesi yang termasuk Genus Leucocytozoon dan Famili Plasmodiidae. Leucocytozoonosis memiliki vektor (hewan penular penyakit) yaitu lalat hitam (Simulium sp.) dan agas (Culicoides sp.) serangga ini dapat menularkan Leucocytozoonosis melalui gigitan. Habitat larva Simulium sp. adalah di air mengalir dan aktif di siang hari, sementara habitat larva Culicoides sp. berada di air yang menggenang dan aktif di malam hari.

 

Simulium sp. dan Culicoides sp.

(Sumber: cal.vet.upenn.edu dan researchgate.net)

 

 

 

Ciri-ciri unggas dengan Leucocytozoonosis

Ciri-ciri unggas yang terkena Leucocytozoonosis adalah penurunan nafsu makan, depresi, bulu kusut, pucat, kehilangan keseimbangan, dan terlihat lemah. Diagnosa yang biasa dilakukan di lapangan adalah melakukan bedah bangkai atau nekropsi. Temuan hasil nekropsi pada kasus Leucocytozoonosis antaralain terjadi perdarahan di paru-paru, hati, dan ginjal. Selain itu, terjadi pembengkakan di hati dan ginjal dan warnanya menjadi lebih gelap. Perdarahan juga dapat terjadi di otot  dan Bursa Fabricius. Temuan Leucocytozoonosis mirip dengan penyakit ND, AI, ILT, Kolera, Gumboro, dan kasus keracunan sulfonamida karenanya harus dilakukan permeriksaan lanjutan dengan pembuatan ulas darah untuk melihat protozoa di jaringan darah ayam.

Perdarahan subkutan dan perdarahan organ ayam yang menderita Leucocytozoonosis

(Sumber: Penyakit Ayam dan Penanggulangannya Vol. 2 dan Poultry Indonesia)

 

 

 

 

Leucocytozoonosis dapat menyerang ayam pedaging dan petelur

Ayam berumur muda lebih rentan terserang penyakit ini. Faktor predisposisi lain adalah musim, kasus Leucocytozoonosis lebih sering terjadi pada pergantian musim baik dari kemarau ke penghujan maupun dari penghujan ke kemarau.

Pencegahan selalu lebih baik dari pengobatan pada kasus penyakit apapun. Pencegahan Leucocytozoonosis tidak hanya dapat dilakukan dengan meningkatkan imunitas ayam saja, tetapi juga harus mengeliminasi Simulium sp. dan Culicoides sp. sebagai vektor penyakit ini. Tindakan yang dapat dilakukan peternak adalah dengan cara menyemprot kandang dengan insektisida secara berkala di lingkungan sekitar kandang. Semak belukar  di sekitar kandang dapat menjadi sarang vektor sehingga harus diibersihkan. Pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah dengan cara membersihkan sistem sanitasi kandang secara berkala. Pemeriksaan sampel darah rutin juga perlu dilakukan untuk mengetahui adanya sporozoit dari Leucocytozoon sp

 

PYRISIN-525®

Ayam yang sudah terkena Leucocytozoonosis dapat diobati dengan pemberian antibiotik golongan Sulfonamid yang dapat menghambat sintesis asam folat protozoa sehingga pertumbuhan skizon dapat ditekan. Salah satu antibiotik golongan Sulfonamid adalah Sulfadimetoksin yang dapat diberikan melalui pakan atau air minum. Pemberian vitamin K dan vitamin A disarankan selama pengobatan untuk mengurangi dan mencegah perdarahan akibat Leucocytozoon sp. PYRISIN-525® yang diproduksi oleh PT. MITRAVET mengandung Sulfadimetoksin 25% yang dapat mengobati penyakit yang disebabkan oleh protozoa pada unggas seperti Leucocytozoonosis. PYRISIN-525® dapat diberikan melalui air minum dengan dosis 1 gram PYRISIN-525® tiap 2 liter diberikan selama 3-5 hari. PYRISIN-525® tersedia dalam kemasan 100 g. Multivitamin yang mengandung Vitamin A dan K baik diberikan untuk mengurangi perdarahan akibat Leucocytozoonosis. MITRAVIT-100® merupakan multivitamin lengkap yang mengandung vitamin A dan vitamin K yang baik untuk membantu proses pengobatan Leucocytozoonosis.

 

MITRAVIT-100®

(Sumber: Dokumentasi pribadi PT. Mitravet)

 

Taklukan Leucocytozoonosis dengan PYRISIN-525® dan MITRAVIT-100®. Info lebih lanjut klik www.mitravet.com

 

Sumber : poultryindonesia.com