Leucocytozoonosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit darah Leucocytozoon sp, yang tergolong dalam famili Plasmodiidae. Siklus hidup dari Leucocytozoon meliputi siklus seksual dan aseksual. Perkembangan seksual terjadi di dalam tubuh insekta atau vector, sedangkan multiplikasi aseksual yang terjadi di dalam sel-sel jaringan hospes. Multiplikasi pada fase skisogoni terjadi di sel-sel jaringan paru-paru, hati, jantung, usus, limpa dan ginjal, kemudian selanjutnya fase gametogoni terjadi di dalam eritrosit atau leukosit.

Penularan Leucocytozoonosis terjadi melalui gigitan insekta penghisap darah seperti Simulium sp (lalat hitam), Culicoides sp (agas) dan Ornithonyssus sp (tungau) yang bertindak sebagai vektor atau hewan perantara yang menyebarkan penyakit dari hewan sakit ke hewan yang sehat, dari satu lokasi peternakan ke lokasi peternakan lainnya. Meskipun vektor insekta hanya bersifat infektif selama 18 hari, namun outbreak kasus di lapangan bisa terus berlangsung selama musim serangga. Hal ini disebabkan oleh generasi penerus insekta tersebut berkembang pesat dan menggigit unggas-unggas carrier, sehingga siklus kejadian penyakit terus berputar.

Gejala klinis dari Leucocytozoonosis bervariasi, dipengaruhi umur, jenis hewan dan kondisi hewan itu sendiri. Umumnya penyakit ini terjadi di usia lebih dari 3 minggu, sehingga penyakit ini jarang terjadi pada ayam broiler. Gejala klinis yang umumnya terlihat adalah penurunan nafsu makan, demam, haus, depresi, bulu kusam, serta pial dan jengger pucat. Kejadian penyakit dapat berlangsung cepat dengan angka kematian bervariasi dari 10-80%.  Mortalitas dapat mencapau hingga 80% pada kasus akut. Selain itu proses penyakit juga berlangsung cepat dan mendadak, dengan gejala demam, anemia, kelemahan umum, kehilangan nafsu makan, tidak aktif, lumpuh dan terjadi kematian.

Pencegahan dari penyakit Leucocytozoonosis yaitu dengan mencegah terjadinya penyebaran melalui insekta. Hal yang dapat dilakukan yaitu, mengeliminasi hewan perantara (insekta) dan burung liar sebagai carrier. Variasi umur dalam satu lokasi peternakan juga harus dihindari untuk mencegah terjadinya penularan antara ayam carrier dengan ayam yang baru. Untuk pengendalian pada kasus-kasus outbreak dapat diberikan sulfadimetoksin untuk mengobati penyakit ini. Sulfadimetoksin adalah antibiotik golongan sulfonamide yang efektif bekerja pada protozoa seperti Leucocytozoon sp. dan Eimeria sp. serta bakteri gram negatif dan positif.

Sulfadimetoksin merupakan komponen utama pada salah satu produk obat dari PT. MITRAVET yaitu PYRISIN-525®. Dengan kandungan sulfadimetoksin sebanyak 250 gram, PYRISIN-525® mampu mengobati Leucocytozoonosis atau malaria unggas pada kasus-kasus outbreak di peternakan. Selain itu, PYRISIN-525® juga dapat digunakan untuk mengobati koksidiosis, cholera, coryza, dan penyakit protozoa lainnya pada unggas. Campurkan 1 gram PYRISIN-525® ke dalam 2 liter air minum berikan selama 3-5 hari untuk mengatasi Leucocytozoonosis. PYRISIN-525® sudah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nomor registrasi KEMENTAN RI No. D. 15072941 PTS.1. Informasi lebih lanjut kunjungi website kami di www.mitravet.com.

 

(Waspada Leucocytozoonosis, Infovet, Juni 2020)