Seorang Peternak sapi Bapak Tuimin mengatakan bahwa kesehatan ternak erat kaitanya dengan sistem pemeliharaan peternak. Dirinya mengatakan bahwa selama ini dia belum menemukan sapi dengan masalah pertumbuhan yang terhambat walau sudah diberi pakan dengan kandungan gizi yang cukup. Menurutnya, ternak memerlukan lingkungan dan pakan yang sehat serta perhatian penuh dari pemiliknya.

Sapi yang kurus karena kecacingan

(Sumber: ntb.litbang.deptan.go.id)

 

Salah satu penyakit  penyebab terhambatnya masalah pertumbuhan adalah kecacingan. Kecacingan pada ternak ruminansia (sapi, kambing, dan domba) menurut Balai Informasi Pertanian Lembang paling sering disebabkan oleh Fasciola gigantica, Haemonchus contortus, dan Neoascaria vitulorum. Selain itu, menurut Drh R Budi Cahyono kasus cacingan terbanyak pada kambing disebabkan oleh Fasciola gigantica. Sementara kecacingan di ternak lain dapat disebabkan oleh cacing gelang.

 

 Fasciola gigantica, contortus, dan Neoascaria vitulorum

(Sumber: vetstream.com, parasite.org.au, biblio.ugent.be)

 

 

 

 

 

Fasciola gigantica atau yang biasa disebut dengan cacing hati menyebabkan penyakit Fasciolosis. Fasciolosis pada ternak secara ekonomi menimbulkan banyak kerugian seperti penurunan berat badan, penurunan kualitas dan kuantitas karkas, penurunan produksi susu, gangguan reproduksi, hingga kematian. Fasciolosis juga dapat menyebabkan penyakit pada manusia (penyakit zoonotik). Penularan pada manusia terjadi akibat memakan makanan yang terkontaminasi oleh feses hewan yang mengandung serkaria. Gejala klinis Fasciolosis pada manusia antaralain anemia, demam dengan suhu tubuh 40-42 oC, nyeri di bagian perut, dan gangguan pencernaan. Kasus kronis Fasciolosis dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati serta terbentuknya batu empedu. Karena merugikan, Fasciolosis pada ternak dan manusia perlu dicegah. Prof Drh Kurniasih M VSc PhD mengatakan bahwa salah satu cara untuk mencegah Fasciolosis pada ternak adalah memusnahkan hospes intermedier (siput) dan melakukan rotasi penggembalaan.

Cacing hati yang menyerang hati sapi

(Sumber: generasibiologi.com)

 

Dr Drh Seiawan Koesdaro dan Dr Drh Sri Subekti dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dan Dr Herra Studiawan dari Fakultas Farmasi Universitas Airlangga mengatakan bahwa spesies cacing yang paling sering menyerang anak sapi (pedet) adalah Toxocara vitulorum yang termasuk cacing gilig. Kecacingan yang disebabkan oleh Toxocara sp. disebut dengan Toxocariasis yang juga bersifat zoonotik. Toxocariasis dapat menyebabkan penurunan produksi yang berimbas pada kerugian ekonomi bahkan kematian pedet. Toxocariasis adalah penyakit yang sering ditemukan di negara tropik dengan kelembaban tinggi terutama pada musim penghujan.  Menurut Connan yang dikutip oleh Simon dan Syahrial, pedet yang menalami toxocariasis pada umur 12 minggu memiliki perbedaan bobot badan sebesar 16 kg dibandingkan dengan pedet yang sehat. Upaya pencegahan Toxocariasis pada pedet dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing untuk pedet.

 

Kecacingan pada kambing dan domba sering menyerang pada umur muda (dibawah 1 tahun). Spesies cacing yang sering menyebabkan kecacingan antaralain Fasciola gigantica (cacing hati), Neoascaris vitulorum (cacing gelang), dan Haemonchus contortus (cacing lambung). Gejala kambing dan domba yang mengalami kecacingan antaralain lesu, lemah, pucat, bulu kasar dan tidak mengkilat, kurus, pertumbuhan lambat, dan mengalami diare. Kasus kecacingan kronis pada domba atau kambing dapat menyebabkan bottle jaw. Pencegahan yang dapat diupayakan agar kambing dan domba tidak terkena kecacingan antaralain hindarkan kambing dari tempat yang lembab dan digenangi air (sumber larva cacing) serta rutin memberikan obat cacing pada ternak.

Kambing yang mengalami bottle jaw

(Sumber: cahsspvd.pvamu.edu)

 

Kriteria obat cacing yang baik yaitu efektif, berspektrum luas, dapat membunuh semua stadium cacing, aman, tidak menimbulkan residu, dan terjangkau. Obat cacing yang diberikan biasanya mengandung kandungan Levamisole. Levamisole bekerja pada saraf kolinergik cacing untuk melumpuhkan cacing. Levamisole juga memiliki fungsi sebagai imunostimulan (meningkatkan ketahanan tubuh). PT. MITRAVET menyediakan LEVAMIT-125® yang mengandung 125 g Levamisole setiap 1 liter. LEVAMIT-125®  digunakan untuk membasmi cacing pada saluran pencernaan unggas, sapi, kambing, domba, dan babi. LEVAMIT-125® juga dapat berfungsi sebagai imunostimulan dengan meningkatkan aktivitas limfosit dan fagosit. Berikan LEVAMIT-125® sebanyak 1 ml/ 30 kg BB untuk mengatasi cacing pada hewan besar. Berikan LEVAMIT-125® sebanyak 0.016 ml/kg BB untuk meningkatkan daya tahan tubuh hewan (imunostimulan). LEVAMIT-125® tersedia dalam kemasan 1 L. LEVAMIT-125® sudah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nomor registrasi KEMENTAN RI No. 15072940 PKC. 1.

 

Sumber : Majalah InfoVet