Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuwardhana mengkonfirmasi kematian 808 ekor babi di Bali semenjak akhir Desember 2019 hingga 27 Januari 2020 disebabkan oleh African Swine Fever (ASF) setelah dilakukan uji laboratorium pada hari Rabu 5 Februari 2020. Beliau menuturkan jika penyakit ini muncul akibat babi diberikan makanan sisa hotel yang belum dimasak dengan baik. Babi yang mati ditemukan di Denpasar, Badung, Tabanan, Gianyar, dan Klungkung.
Temuan ini membuat Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali mengambil tindakan cepat, salah satunya sosialisasi kepada masyarakt di semua wilayah Provinsi Bali agar wabah tidak meluas. Masyarakat dihimbau untuk mencegah kontak langsung antara babi sakit dan babi sehat, melakukan karantina pada babi baru sebelum dimasukan ke peternakan (apalagi yang berasal dari luar daerah), dan mencegah penggunaan makanan sisa restoran, penerbangan, serta pelayaran sebagai pakan babi. Wisnuwardhana menyarankan untuk melakukan sanitasi kandang dan lingkungan untuk membasmi virus ASF.
Menurut Beliau, sistem biosekuriti peternakan babi juga harus diperketat. Sistem biosekuriti yang dimaksud antara lain. Pertama, mengatur lalu-lintas orang dan ternak yang masuk dan keluar peternakan. Kedua, pintu masuk peternakan harus diengkapi dengan tulisan “Yang tidak berkepentingan dilarang masuk”. Ketiga, petugas kandang harus memakai pakaian dan alas kaki khusus yang bersih. Keempat, pembeli babi sebaiknya tidak perlu masuk ke area perkandangan. Terakhir, kendaraan yang keluar masuk peternakan sebaiknya disemprot dahulu dengan disinfektan. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali telah melakukan vaksinasi pada ternak secara teratur sesuai dengan rekomendasi kesehatan hewan.
(Kumparan.con, 5 Februari 2020)
Leave A Comment