Salah satu penyebab paling sering sapi lumpuh setelah melahirkan adalah kurangnya kadar kalsium di dalam darah (hipokalsemia). Hipokalsemia sering disebut dengan Milk Fever. Hipokalsemia merupakan salah satu penyakit metabolik pada sapi perah. Metabolisme adalah proses pembentukan atau penguraian zat-zat yang diperlukan oleh tubuh agar tubuh dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Jika fungsi ini terganggu maka akan terjadi kelainan pada sapi. Masa kebuntingan, partus, dan laktasi merupakan masa yang kritis pada pemeliharaan sapi karena sapi selalu mengalami perubahan hormonal. Ketidakseimbangan pakan terutama saat periode tersebut dapat menyebabkan penyakit metabolik salah satunya hipokalsemia.

Fungsi kalsium di dalam tubuh adalah untuk pembentukan tulang, kontraksi otot, pembentukan susu, dan pembekuan darah. Kadar kalsium dalam tubuh diatur oleh sistem homeostasis. Kegagalan homeostasis inilah yang menyebabkan terjadinya hipokalsemia.

Hipokalsemia adalah kondisi saat kadar kalsium dalam darah kurang dari normal. Normalnya, kalsium dalam darah mencapai konsentrasi 9-12 mg/dL. Sapi yang mengalami hipokalsemia hanya memiliki konsentrasi kalsium dalam darah sebesar 5 mg/dL atau kurang. Subroto pada tahun 2003 melakukan penelitian tentang kejadian hipokalsemia dan menemukan jika sebanyak 90% hipokalsemia terdeteksi pada sapi 48 jam setelah melahirkan.

Gejala yang timbul pada sapi yang mengalami hipokalsemia tergantung tingkat keparahannya, gejala yang umum terjadi antaralain kelumpuhan, nafsu makan turun, tidak peka terhadap rangsangan, cermin hidung kering, tremor otot, suhu tubuh rendah, kaki belakang lemah, dan terjadi penimbunan gas di dalam rumen. Angka kesembuhan penyakit ini cukup tinggi dengan nilai mortalitas hanya 2-3% apabila segera dideteksi dan diberikan pertolongan.

Penyakit ini terbagi dalam tiga stadium berdasarkan tingkat keparahannya. Stadium prodromal (Stadium 1) ditandai dengan gelisah, lemah, nafsu makan berkurang, tremor (otot bergetar), hipersensitif, dan sempoyongan. Kadar kalsium darah pada stadium ini sebesar 6.5-8 mg/dL.  Stadium ke 2 dinamakan stadium berbaring atau recumbent. Gejala yang dapat diamati adalah sapi tidak mampu untuk berdiri, berbaring pada sternumnya dengan kepala mengarah ke belakang sehingga dari belakang seperti membentuk huruf S, lesu, dehidrasi, tidak tanggap rangsangan, nafsu makan hilang, detak jantung menurun, alat gerak terasa dingin, dan suhu tubuh menurun. Stadium terakhir (ke-3) disebut juga stadium koma. Pada stadium ini sapi terlihat sangat lemah, tidak mampu bangun, berbaring pada satu sisinya (lateral recumbency), kembung, detak jantung turun, dan pupil melebar. Stadium ini biasanya diikuti dengan kematian.

 

 

 

Gejala hipokalsemia stadium 2 (kiri) dan stadium 3 (kanan)

Sumber: ferma-partner.ru dan farmosan.com

 

 

 

 

Ada beberapa faktor yang meningkatkan kejadian hipokalsemia pada sapi perah. Faktor-faktor tersebut antaralain:

  1. Tingkat produksi susu. Sapi dengan tingkat produksi susu yang tinggi rentan terkena hipokalsemia karena meningkatnya metabolisme kalsium dan mobilisasi kalsium ke air susu.
  2. Umur sapi. Sapi yang berumur lebih tua (laktasi ke-3 atau lebih) lebih rentan mengalami hipokalsemia karena turunnya tingkat metabolisme umum. Kapasitas penyerapan kalsium dan cadangan kalsium akan berkurang seiring bertambahnya usia.
  3. Asupan pakan sebelum kelahiran. Kalsium tidak boleh diberikan secara berlebihan pada periode kering kandang. Kebanyakan mengonsumsi kalsium akan menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah yang dapat memicu kerja hormon kalsitonin. Hormon kalsitonin berfungsi untuk meningkatkan penyimpanan kalsium dalam tulang dan mengurangi penyerapan kalsium di ginjal sehingga kalsium ikut terbuang bersama urin. Kedua mekanisme dalam tubuh ini menyebabkan kadar kalsium dalah tubuh menurun.

Hipokalsemia dapat memicu penyakit lain seperti mastitis dan gangguan fertilitas. Kenapa hipokalsemia bisa menyebabkan mastitis? Salah satu fungsi kalsium adalah kontraksi otot. Kurangnya kadar kalsium dalam darah menyebabkan kontraksi otot polos lubang puting berkurang sehingga tidak dapat menutup sempurna. Sapi yang mengalami hipokalsemia cenderung tidak bisa berdiri sehingga kotoran kandang dapat masuk melalui lubang puting. Kotoran ini sangat mungkin mengandung bakteri yang menyebabkan mastitis. Selain itu, sapi yang mengalami hipokalsemia rentan mengalami penurunan imunitas sehingga bakteri lebih mudah menginfeksi ambing.

Ambing yang terkena mastitis

Sumber: ilmuveteriner.com

 

Hipokalsemia dapat menurunkan fertilitas sapi. Sapi yang mengalami hipokalsemia dapat mengalami gangguan fungsi otot uterus, perlambatan involusi uterus, perlambatan aliran darah uterus, dan penurunan gambaran corpus luteum.Gangguan fungsi otot uterus menyebabkan sapi rentan terkena  metritis dan distokia. Sapi yang mengalami hipokalsemia sering mengalami kenaikan nilai service per conception (S/C), calving interval (CI), dan conception rate (CR).

Prinsip terapi hipokalsemia adalah mengembalikan kadar kalsium dalam darah seperti normal dan mencegah terjadinya kerusakan otot dan saraf karena hewan terlalu lama berbaring. Pengobatan dapat dilakukan dengan memberikan larutan kalsium boroglukonat 20-30% sebanya 1:1 terhadap berat badan secara intravena melalui vena jugularis selama 10-15 menit dibarengi pemberian secara subkutan. Pada beberapa kasus, kalsium boro glukonas dapat dicampur dengan magnesium atau dektrosa. Selain itu kalsium klorida 10% juga dapat diberikan secara intravena tetapi perlu diingat bahwa pemberiannnya perlu diatur. Pemberian yang terlalu cepat atau terlalu banyak dapat menyebabkan kerusakan jantung.

 

Sapi yang sedang mendapat terapi cairan

Sumber: progressivedairy.com

 

Pencegahan hipokalsemia dapat dilakukan dengan cara menghindari pemberian hijauan yang basah pada trimester akhir kehamilan sapi. Memberikan asupan kalsium rendah selama masa kering kendang yang diimbangi dengan diet magnesium serta fosfor yang cukup. Hindari memberikan hay atau silase. Alternatif lain adalah memberian injeksi vitamin D. Berikan campuran vitamin D dan Kalsium klorida sebanyak 100-500 g melalui air minum atau pakan selama 4-5 hari sebelum melahirkan. Sapi yang pernah mengalami hipokalsemia sebaiknya diberikan larutan kalsium 20% (rendah magnesium dan fosfor) sebanyak 400 ml.

Kunci pencegahan hipokalsemia atau penyakit metabolik lainnya adalah menyediakan diet yang seimbang. Berikan CATTLEVET® yang diproduksi oleh PT. MITRAVET untuk sapi anda. CATTLEVET® mengandung multivitamin dan mineral yang penting untuk proses metabolisme ternak anda. Dengan proses metabolisme yang baik, penyakit metabolisme akibat kekurangan vitamin dan mineral dapat dihindari khususnya Hipokalsemia dan Grass tetany. Proses metabolisme yang baik juga akan meningkatkan produktivitas sapi. Campurkan 2 kg CATTLEVET® ke dalam 1 ton pakan ternak anda untuk diberikan setiap hari. CATTLEVET® tersedia dalam kemasan 1 kg dan 25 kg. CATTLEVET® sudah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan Nomor Registrasi KEMENTAN RI No. D. 12083421 FTS. Untuk keterangan lebih lanjut kunjungi website kami www.mitravet.com.

 

CATTLEVET

Sumber: PT. MItravet

 

 

Sumber : http://bbptusapiperah.ditjenpkh.pertanian.go.id/?p=2840