Kemunculan kasus penyakit di peternakan ayam umumnya tidak terjadi secara mendadak, namun bertahap sesuai dengan interaksi antara bibit penyakit yang ada dengan ayam yang dipelihara. Data yang dihimpun pada Juni 2020, penyakit yang paling sering terjadi di peternakan ayam wilayah Jawa dan Sumatera adalah CRD kompleks, Necrotic enteritis, ND, helminthiasis, dan AI. Dari data tersebut sebagian besar penyakit yang sering terjadi merupakan akibat virus dan bakteri. Kemunculan dari kasus-kasus penyakit ini berkaitan erat dengan program biosekuriti. Dalam operasionalnya dikenal tiga konsep utama, yaitu lalu lintas (transportasi), isolasi, dan sanitasi.

Konsep yang pertama yaitu lalu lintas (transportasi). Pengaturan lalu lintas bertujuan menyeleksi agar barang-barang yang masuk ke lingkungan kandang hanyalah barang-barang yang benar-benar diperlukan. Hal ini bertujuan agar meminimalisir kemungkinan adanya bibit penyakit yang masuk ke dalam kandang. Barang-barang yang boleh masuk ke dalam kandang diantaranya adalah bibit (DOC/pullet), ransum, air, peralatan yang penting, vaksin, obat disinfektan dan pekerja. Selain itu, semua kendaraan yang ingin masuk kandang wajib untuk disinfeksi terlebih dahulu.

Konsep kedua yaitu isolasi. Isolasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan dan melindungi ternak dari bibit penyakit yang berasal dari luar kandang maupun peternakan. Ayam yang akan masuk ke area peternakan pertama kali sebaiknya diisolasi terlebih dahulu dan tidak langsung dicampur dengan ayam yang ada sebelumnya. Ayam sakit/mati juga dapat menjadi sumber penyebar penyakit berbahaya bagi ayam, Oleh karena itu, ayam sakit harus segera dikeluarkan dan dipisahkan dari kandang. Dalam penerapannya sebaiknya kandang dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona merah (zona kotor), zona kuning (zona transisi), dan zona hijau (zona bersih).

Konsep ketiga yaitu sanitasi. Kegiatan sanitasi terdiri dari dua hal, yaitu pembersihan dan disinfeksi secara teratur terhadap peralatan maupun pekerja keluar-masuk kandang. Desinfekstan yang dipakai tentu saja harus cocok dengan bibit penyakit yang sering muncul di peternakan. Berdasarkan data yang dihimpun sebelumnya, penyakit yang sering muncul umumnya akibat virus dan bakteri. Untuk virus, disinfektan yang paling baik adalah aldehida, sedangkan untuk bakteri, disinfektan yang baik adalah golongan ammonium. Kegiatan sanitasi rutin yang wajib dilakukan adalah melakukan pemeriksaan sumber air yang akan digunakan untuk peternakan yang bersangkutan, melakukan pembersihan, pencucian, dan penyemprotan kandang, serta peralatan kandang menggunakan disinfektan setelah panen/afkir. Selain itu, perlu juga melakukan disinfeksi litter/sekam sebelum disebar dalam kandang untuk membasmi bibit penyakit.

 

SANITAS-151® merupakan salah satu produk disinfektan dari PT. MITRAVET. Dengan kandungan Glutaraldehid sebanyak 15% dari golongan aldehida dan Benzalkonium klorida sebanyak 10% dari golongan ammonium, SANITAS-151® efektif untuk membasmi virus, bakteri, jamur, spora, dan protozoa. SANITAS-151® digunakan untuk disinfeksi air minum, kandang peralatan, setter & hatcher. Berikut ini dosis dan cara pakai dari SANITAS-151®:

  • Campur dengan air bersih untuk membasmi
    • Virus: 1-6,7 ml/liter air.
    • Bakteri: 1-5 ml/liter air.
    • Jamur: 1 ml/liter air.
  • Semprot kandang: 2,5 ml/liter air
  • Campuran air minum: 0,2 ml/liter air

SANITAS-151® sudah terdaftar di Kementrian Pertanian dengan nomor registrasi DEPTAN RI No D.13072626 PTC.1. Informasi lebih lanjut kunjungi website kami di www.mitravet.com.

 

(Biosekuriti, Ujung Tombak Kesehatan Unggas, Infovet edisi sisipan vol.8, November 2020)