Peternak sudah tidak asing lagi dengan istilah koksidiosis atau lebih umum disebut berak darah pada ayam. Penyakit ini membuat peternak berpikir keras bagaimana cara mengendalikannya. Selain penyakit saluran pernapasan, penyakit saluran pencernaan seperti koksidiosis ini dapat menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi peternak. Setiap tahun, biaya yang dikeluarkan untuk menanggulangi koksidiosis di seluruh dunia tidak kurang dari $400 juta yang meliputi pengobatan dan pemberian antikoksidia pada pakan.
Penyebab/Etiologi
Koksidiosis merupakan penyakit pada ayam yang disebabkan oleh parasit protozoa Eimeria sp. yang menyerang saluran pencernaan. Penyakit ini menyebabkan kematian dan pertumbuhan yang kurang optimal dan penyerapan nutrisi pakan tidak efisien.
Transmisi
Koksidiosis menyebar karena adanya ookista yang bersporulasi pada tahap infektif dan termakan oleh ayam. Ookista dapat ditransmisikan secara mekanis pada pakaian atau sepatu peternak, peralatan yang terkontaminasi, atau pada beberapa kasus, melalui angin/debu disekitar kandang.
Gejala klinis dan perubahan yang terjadi pada organ
Kejadian koksidiosis pada ayam secara umum berjalan akut, dan dicirikan dengan penurunan nafsu makan, lemas, sayap terkulai, bulu menggumpal, diare, berat badan dan produksi menurun, dan imunosupresi. Ayam yang terinfeksi E. tenella menunjukkan kepucatan pada jengger dan pial, dan setelah dilakukan tindakan post mortem pada saluran pencernaan, terutama usus dan sekum terdapat darah.
Lesio yang diakibatkan oleh Eimeria berbeda-beda tempatnya, diantaranya:
– E. acervulina dan E. mivati menginfeksi duodenum bagian distal (bagian belakang) dan jejunum proksimal (depan), 1-2 mm hemoragi (perdarahan) disertai foci/bintik-bintik putih pada lapisan serosanya (lapisan luar usus).
– E. necatrix: distensi yang parah pada mid-jejunum (tengah) disertai hemoragi pada mukosa dan cairan berwarna merah pada lumen (lapisan dalam usus).
– E. maxima: distensi mid-jejunum (tengah) disertai hemoragi pada lapisan mukosa.
– E. tenella: hemoragi dan inflamasi/peradangan pada sekum (Typhlitis).
– E. brunetti: hemoragi pada mukosa distal jejunum dan kolon. Pada kasus kronis dapat menyebabkan enteritis fibrinonekrotik.
Diagnosis
Koksidiosis dapat ditentukan diagnosanya melalui gejala klinis dan lokasi lesio yang terjadi pada unggas dibawah 6 minggu. Dokter hewan dapat melihat lesionya setelah dilakukan kegiatan postmortem/bedah bangkai, dan dapat diteguhkan diagnosanya melalui pemeriksaan natif, histopatologi dan PCR.
Pengobatan
Mitravet menyediakan kebutuhan peternak dalam hal pengobatan koksidiosis. Saat ini, PT Mitravet memproduksi antikoksidia yaitu COCCIVET, PYRISIN-525 dan TOLTRAPLUS.
COCCIVET, PYRISIN-525, TOLTRAPLUS
COCCIVET mengandung sulfaquinoxaline, sedangkan PYRISIN-525 mengandung sulfadimetoksin. Keduanya merupakan golongan sulfonamide. Mekanisme kerjanya adalah dengan mencegah replikasi mikroorganisme dengan bersaing dengan PABA dalam biosintesis asam tetrahidrofolat untuk membentuk asam folat. COCCIVET digunakan dengan cara melarutkan 2 gram per liter air minum, selama 3 hari berturut-turut, jangan diberikan pada 2 hari berikutnya dan lanjutkan kembali pengobatan selama 3 hari berikutnya (3:2:3, 3 hari diberikan, 2 hari berhenti, 3 hari diberikan lagi). Sedangkan, PYRISIN-525 dosisnya adalah 1 gram per 2 liter air minum diberikan selama 3-5 hari. Kedua produk ini efektif untuk berbagai jenis Eimeria sp.
TOLTRAPLUS adalah produk terbaru PT. Mitravet untuk mengobati koksidiosis, mengandung toltrazuril (golongan triazinetrione) yang dapat digunakan sebagai pencegahan dan pengobatan koksidiosis pada ayam dan kalkun. Penggunaannya mudah karena dicampur dengan air minum dengan dosis dosis penggunaan yang beragam yaitu 1 ml dicampurkan dalam 2 liter air minum dan diberikan selama 48 jam secara terus menerus, atau 3 ml dicampurkan dalam 2 liter air minum diberikan selama 8 jam per hari selama 2 hari berturut-turut, atau dapat juga diberikan dengan dosis 0,14 ml/kg bobot badan ayam. Mekanisme kerja toltrazuril ini dengan cara merubah tahap perkembangan sturktur koksidia terutama pembengkakan pada retikulum dan badan golgi sel, dan gangguan pada inti sel koksidia. Toltrazuril juga mampu mereduksi enzim pada rantai respirasi/pernapasan sel parasit. Akibatnya, parasit tidak dapat berkembang pada tahap selanjutnya.
AMIVIT-E,CARVITA-15, MITRAVIT-100, SELEVIT-SB Forte dan BIO-PLUS.
Selain itu, dapat diberikan juga vitamin yang mengandung vitamin K untuk mencegah perdarahan, dan vitamin lainnya untuk stabilitas kondisi tubuh dan imunitas ayam, seperti AMIVIT-E, CARVITA-15, MITRAVIT-100, SELEVIT-SB Forte dan BIO-PLUS.
Pencegahan
Selain pengobatan yang dilakukan, peternak juga harus melakukan pencegahan agar koksidiosis tidak menyebar semakin luas, diantaranya:
– Menjaga lingkungan kandang agar tetap bersih dan tidak lembab, dengan biosekuriti yang ketat, salah satunya disinfeksi kandang.
– Sistem manajemen air minum yang baik dengan memerhatikan kebersihan air minum, tempatnya, saluran dan penampung air minum.
– Ventilasi yang baik dengan memerhatikan suhu dan kelembaban, karena parasit ini menyukai tempat yang lembab.
– Kepadatan populasi ayam tipa kandang diperhatikan serta umur ayam harus seragam.
– Penggunaan antikoksidia pada pakan dengan dosis yang direkomendasikan
Sumber:
[EMEA]. 1998. Commitee for Veterinary Medicinal Products: Toltrazuril. London: EMEA.
Kementerian Pertanian RI.2004. Manual Penyakit Unggas Cetakan ke-2. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian.
Plumb DC. 2008. Plumb’s Veterinary Drug Handbook. Sixth Edition. Iowa: Blackwell Publishing.
Shane SM. 2005. ASA Handbook on Poultry Diseases 2nd Edition. American Soybean Association.
I’m pleased with the information that you provide for me and thanks to this because
sometimes people face this issue.
Best regards,
Thompson Duke
We are glad to share information with you, please keep updated information from us
Dear Thompson Duke, thank you we’re glad to share informations with you to